Menjaga Bumi adalah Amanah, Pemuda Jadi Motor Perubahan

Jakarta (23/08) — Direktur Pengurangan Sampah dan Pengembangan Ekonomi Sirkular Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Agus Rusly mengungkapkan realitas krisis lingkungan hidup di Indonesia. 

Dalam sambutannya pada REACT Day PPIM UIN Jakarta 2025 di Teater Wahyu Sihombing, Jakarta, Sabtu (23/8), ia menjelaskan krisis lingkungan hidup yang bukan lagi sekadar wacana, melainkan kenyataan yang membayangi kehidupan global. 

“Peningkatan suhu bumi, hilangnya keanekaragaman hayati, dan menumpuknya sampah plastik yang mencemari laut dan sungai merupakan bagian dari triple planetary crisis yang tengah dihadapi dunia,” jelas dia.

Pada kegiatan yang mengusung “Act for relief”, ia menyerukan tindakan nyata terhadap bumi.

“Tindakan itu akan membawa ketenteraman bagi umat manusia,” ujarnya, menggarisbawahi pentingnya kontribusi semua pihak, terutama generasi muda.

Menurut Agus, persoalan sampah masih menjadi ancaman nyata. Sekitar 60 persen sampah di Indonesia belum tertangani secara layak—berakhir di pembakaran terbuka atau terbawa aliran air ke laut. “Krisis sampah bukan sekadar isu domestik, tetapi tantangan global yang perlu respons kolektif,” katanya.

Dalam konteks ini, peran pemuda sangat strategis. Agus menekankan bahwa generasi muda harus menggabungkan dua kekuatan: kecakapan teknologi dan kesadaran ekologis.

Baca Juga: Prof. Mu’ti: Menjaga Alam adalah Tanggung Jawab Iman dan Budaya

“Kita butuh generasi baru yang bukan hanya cerdas secara digital, tapi juga memiliki tanggung jawab lingkungan yang kuat,” ujarnya.

Agus menegaskan bahwa menjaga bumi bukan perkara besar yang sulit dilakukan. Justru, kata dia, amanah tersebut dapat diwujudkan lewat praktik sederhana yang dilakukan secara konsisten, seperti mengelola sampah dari rumah, mengurangi konsumsi plastik, dan memilih produk yang berkelanjutan.

“Menjaga bumi itu amanah. Dan amanah itu bisa dijalankan melalui langkah-langkah kecil yang berkelanjutan,” ujarnya.

Ia juga menggarisbawahi dimensi spiritual dari gerakan lingkungan. Menurutnya, REACT bukan hanya gerakan ekologis, tetapi juga cerminan iman terhadap tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi. “Gerakan ini adalah ekspresi nyata dari iman terhadap bumi yang harus dijaga,” ucapnya.

Agus mendorong institusi pendidikan untuk menjadi lokomotif perubahan. Kampus, menurutnya, harus menjadi ruang awal untuk membangun budaya hidup berkelanjutan. “Budaya bersih, mandiri, dan lestari harus dimulai dari kampus. Itulah tempat lahirnya pemimpin masa depan,” tegasnya.

Baca Juga: Gen Z Diminta Kawal Kebijakan Publik Ramah Lingkungan

Ia menekankan, krisis lingkungan bukan hanya persoalan teknis, melainkan amanah moral dan proyek kebudayaan.

“Di tangan generasi muda, lewat gerakan-gerakan kolektif seperti REACT Day, amanah itu berpotensi menjadi kekuatan perubahan menuju masa depan bumi yang lebih adil dan lestari,” ujar dia.

Penulis: Lilis Shofiyanti
Penyunting: Savran Billahi

Bagikan Cerita Ini, Pilih Platform Anda!