Sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia, pondok pesantren tidak hanya berfungsi sebagai pusat dakwah dan pemberdayaan masyarakat, tetapi juga memiliki posisi strategis dalam upaya pelestarian alam. Dengan 42.435 pesantren, dan 3.070.018 santri di seluruh tanah air (Kemenag, Maret 2025), pesantren berpotensi besar menumbuhkan kesadaran ekologi berbasis nilai Islam melalui pendidikan kurikuler, praktik sehari-hari, hingga advokasi sosial. Peran strategis ini membuat pesantren bukan hanya mencetak generasi berilmu, melainkan juga agen penting dalam menjawab tantangan lingkungan. Hal ini sejalan dengan temuan Survei Iklim Nasional oleh Purpose dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) yang menunjukkan bahwa dalam isu iklim, masyarakat Muslim Indonesia lebih mempercayai pemuka agama dibandingkan aktivis, pemerintah, maupun ilmuwan.

Untuk itu, PPIM UIN Jakarta melalui program Religious Environmentalism Actions (REACT) yang didukung Pemerintah Belanda berhasil menggelar kegiatan Pengembangan Kapasitas Tokoh Muda Pesantren Ramah Lingkungan. Program ini dirancang untuk membangun kapasitas pesantren dalam praktik ramah lingkungan, memperkuat jaringan dan kerjasama antar pesantren, serta meningkatkan kontribusi mereka terhadap pembangunan berkelanjutan.

Adapun kegiatan ini, sudah diselenggarakan selama kurang lebih tiga bulan sejak Juni hingga September di 9 provinsi, yaitu Yogyakarta (12-15 Juni), Jawa Barat (18-21 Juni), Jawa Timur (20-23 Juni), Riau (1-4 Juli), Jawa Tengah (22-25 Juli), NTB (22-25 Juli), Sulawesi Selatan (12-15 Agustus), Banten (28-31 Agustus), dan Kalimantan Selatan (1-4 September). Kegiatan ini melibatkan sebanyak 223 perwakilan tokoh muda pesantren, dengan beragam status mulai dari pimpinan hingga asatidz pondok. Representasi peserta kegiatan ini berdasarkan jenis kelamin ada sebanyak 75% laki-laki dan 25% perempuan. 

Koordinator Kegiatan Pengembangan Kapasitas Pesantren Ramah Lingkungan, Iim Halimatusa’diyah menyampaikan rasa syukur karena rangkaian kegiatan yang berlangsung pada Juni–September 2025 di sembilan provinsi dapat terlaksana dengan baik. “Alhamdulillah, pelatihan ini terselenggara dengan baik. Kami melihat para peserta semakin memahami isu lingkungan dan membawa semangat baru untuk mengembangkan program ramah lingkungan di pesantren masing-masing,” ujarnya. 

Ia menambahkan, program ini tidak hanya memberi pelatihan teknis, tetapi juga menguatkan pandangan bahwa ajaran Islam sangat relevan dalam menjaga kelestarian alam. “Semoga capacity building ini memotivasi pesantren untuk terus menjadi agen perubahan dalam isu agama dan lingkungan,” tuturnya. 

Iim juga menilai peserta menunjukkan antusiasme yang tinggi sepanjang kegiatan. Menurutnya, pelatihan ini berhasil membuka wawasan baru, terutama mengenai isu-isu lingkungan yang sebelumnya belum begitu dekat dengan dunia pesantren. Ia menjelaskan, selain menerima materi tentang ekologi, energi alternatif, sampah, pertanian organik, dan konservasi lingkungan, para peserta juga diajak mengunjungi pesantren yang telah lebih dulu berhasil menjalankan program lingkungan. Di akhir kegiatan, mereka kemudian menyusun rencana pengembangan program ramah lingkungan di pesantrennya masing-masing.

Antusiasme yang tinggi juga diutarakan oleh peserta yang merasa terbantu adanya peningkatan kapasitas ini dan berharap program lanjutan. Beberapa materi sangat membantu persoalan pesantren seperti pengelolaan sampah karena sampah menjadi menjadi masalah utama di banyak pesantren, khususnya pesantren yang memiliki santri dalam jumlah besar. Salah satu peserta mengatakan bahwa “materi pengelolaan sampah sangat bermanfaat karena sesuai dengan masalah yang ada di pesantren kami…” dan “Informasi yang berhubungan dengan pengelolaan sampah sangat bermanfaat bagi kami bagi kami di pesantren karena tidak adanya pengelolaan sampah untuk didaur ulang.” Pengelolaan sampah ini menjadi materi yang sangat digemari oleh para peserta di kegiatan ini dan para peserta berharap ada program lanjutan terkait pengelolaan sampah. Adanya kegiatan peningkatan kapasitas juga meningkatkan kesadaran warga pesantren untuk terus merawat lingkungan. Hal ini juga menyadarkan para peserta dari pesantren bahwa pesantren adalah katalisator untuk pelestarian lingkungan.

Materi Pengembangan Kapasitas Pesantren Ramah Lingkungan bisa di download DISINI

Bagikan Cerita Ini, Pilih Platform Anda!