Jakarta (11/09) – Dalam diskusi kelompok terfokus (FGD) Ekoteologi: Konsep, Implementasi, dan Sinergi yang diselenggarakan PPIM UIN Jakarta di Grand Sahid Hotel pada 11 September 2025, Raditya Wiranegara, Manajer Riset dari Institute for Essential Services Reform (IESR), menyampaikan prediksi yang mengejutkan. Menurutnya, kenaikan suhu bumi sebesar 1,5°C akan terjadi 7 tahun lebih cepat dari prediksi sebelumnya, yaitu pada tahun 2034.

Penyebab dan Dampak Perubahan Iklim

Percepatan kenaikan suhu ini, kata Raditya, disebabkan oleh kurangnya upaya serius untuk mengurangi emisi dari aktivitas manusia. Ia mencontohkan dampak yang sudah terasa, seperti fenomena Kemarau Basah yang terjadi pada bulan Mei lalu. Selain itu, masalah limbah sampah juga menjadi perhatian utama karena menghasilkan gas metana berbahaya.

Raditya menekankan, untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan penurunan emisi CO2e hingga 23-27 GtCO2e pada tahun 2030. Ia juga memperingatkan bahwa perubahan iklim tidak hanya berdampak dalam jangka panjang, tetapi juga lintas spasial dan generasi. Sebagai contoh, mencairnya es di kutub utara akan berdampak pada masyarakat kepulauan, memaksa mereka berpindah ke dataran lebih tinggi.

Solusi Konkret: Efisiensi dan Energi Alternatif

Raditya merekomendasikan beberapa langkah yang bisa dilakukan, yaitu efisiensi energi dan penggunaan energi alternatif.

  • Efisiensi Energi: Menggunakan pendingin ruangan (AC) dengan suhu stabil 24°C dan memilih perangkat elektronik dengan label SKEM Bintang 4.
  • Energi Alternatif: Menggunakan kendaraan non-emisi dan bahan bakar biodiesel yang ramah lingkungan.

Peran Lembaga Pendidikan dan Agama

Lebih lanjut, Raditya Wiranegara menekankan peran penting lembaga pendidikan dan agama sebagai aset dalam menghadapi krisis iklim. Lembaga pendidikan dapat mendorong perubahan perilaku, mengadvokasi kebijakan, dan mempersiapkan tenaga kerja hijau. Sementara itu, lembaga agama dapat bekerja sama dengan pemerintah untuk mengadopsi energi terbarukan, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), serta merenovasi tempat ibadah agar lebih ramah lingkungan.

 

Penulis: Grace Rachmanda
Penyunting: Irfan Farhani

Bagikan Cerita Ini, Pilih Platform Anda!