Wisnu Bawa Tenaya: Harmoni dengan Alam Lahir dari Akar Spiritualitas

Depok, 17 Juli 2025 — Di tengah krisis lingkungan global, Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, mengingatkan bahwa solusi sejatinya tidak terletak pada teknologi, melainkan pada pemulihan kesadaran batin. Dalam pidatonya di konferensi internasional “Religious Environmentalism in Actions”, ia menekankan pentingnya menemukan kembali harmoni dengan alam dari akar spiritualitas.

Konferensi yang merupakan kolaborasi PPIM UIN Jakarta dan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) ini menjadi panggung bagi suara-suara bijak lintas iman.

Baca Juga: Prof. Mu’ti: Menjaga Alam adalah Tanggung Jawab Iman dan Budaya

Retaknya Kesadaran Batin: Akar Krisis Saat Ini

Wisnu Bawa Tenaya membuka pesannya dengan menyentuh inti kegelisahan dunia: retaknya kesadaran bersama sebagai manusia spiritual. Menurutnya, semua tantangan, termasuk krisis ekologis, berawal dari dalam diri.

“Kita perlu terus memperkuat persatuan dan ketahanan moral. Kebahagiaan itu harus diperjuangkan bersama. Kita tak bisa hidup hanya untuk diri sendiri,” tuturnya.

Ia menegaskan bahwa menjaga lingkungan bukanlah tindakan teknis semata, melainkan cermin langsung dari kualitas jiwa dan kesadaran bersama sebuah masyarakat.

Agama sebagai Penyembuh: Mencintai Semua Ciptaan

Dari perspektif Hindu dan spiritualitas universal, Wisnu Bawa Tenaya menyatakan bahwa agama menyimpan energi besar untuk menyembuhkan dunia. Ia mendorong kita untuk memperluas rasa cinta, tidak hanya kepada sesama manusia, tetapi kepada seluruh alam semesta.

“Agama mengajarkan kita untuk mencintai semua ciptaan. Pohon, air, udara, tanah, semuanya adalah bagian dari kehidupan suci,” ungkapnya.

Ia juga menyoroti peran kearifan lokal dan nilai-nilai adat yang telah ribuan tahun mengajarkan cara hidup selaras dengan alam, sebuah pengetahuan yang kini semakin relevan.

Pendidikan Karakter sebagai Penjaga Jiwa Bangsa

Sebagai seorang pemimpin, Wisnu Bawa Tenaya melihat pendidikan sebagai fondasi utama. Namun, bukan sekadar transfer ilmu, melainkan pendidikan karakter yang membentuk jiwa.

“Pendidikan adalah penjaga jiwa bangsa. Jika kita lemah dalam mendidik, maka kita kehilangan masa depan. Tapi jika kita kuat, jujur, dan bersih dalam pendidikan, kita telah menyelamatkan banyak hal,” tegasnya.

Ia menyerukan pentingnya keteladanan dari para pemimpin dan keterlibatan aktif semua lapisan masyarakat dalam proses pendidikan ini.

Menjadi Pelita: Panggilan untuk Terus Bergerak

Pidato Wisnu Bawa Tenaya lebih menyerupai sebuah doa dan panggilan perenungan. Ia tidak menawarkan solusi instan, melainkan mengajak audiens untuk kembali ke dalam diri dan menemukan sumber kekuatan batin.

“Kita harus seperti api yang tetap menyala, seperti angin yang tetap bergerak. Jangan pernah lelah memperbaiki diri dan lingkungan kita,” pesannya.

Ia menutup dengan harapan agar setiap individu mampu menjadi pelita dalam kegelapan, menyebarkan keharmonisan yang lahir dari nilai-nilai suci dan cinta kasih universal. Pesannya jelas: penyelamatan bumi selalu dimulai dari penyelamatan kesadaran diri.

Penulis: Lilis Shofiyanti
Penyunting: Redaksi

Bagikan Cerita Ini, Pilih Platform Anda!